Di ujung jalan
kudengar getar
dalam gelegar udara
lalu terbayang olehku
sebuah musim hujan turun di negerimu
sambil merekat telinga
sepasi wajahku
mengusur
turut basah
dalam bayangan
tapi hujan itu tak seperti yang kukenal
barangkali tangismu yang kuhapal
lalu iba menghening perlahan
sebab erang yang kau tahan menghujam
sementara jalan ini masih kenyal
langkah tertahan
seperti isyarat yang tertangkap petang
(sampai merinding, iramanya beku)
sampai suaranya merajam
entah sampai kapan
kudengar disebuah tikungan
hingga musim hujan semakin menenggelamkan
wajahmu kecelah yang paling dalam.
(Alumni Annuqayah, 2002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar